Anda Perlu Tahu

on Tuesday, 27 July 2010

Semoga bermanfaat :

1.Nomor darurat.
Nomor darurat untuk telepon genggam adalah 112. Jika anda sedang di daerah yang tidak menerima sinyal HP dan perlu memanggil pertolongan, silahkan tekan 112, dan HP akan mencari network yang ada untuk menyambungkan nomor darurat bagi anda, dan yang menarik,nomor 112 dapat ditekan biarpun keypad
dilock. Cobalah..
2.Kunci mobil ada ketinggalan di dalam mobil?
Anda memakai kunci remote?Kalau kunci anda ketinggalan dalam mobil dan remote cadangannya di rumah, tinggal telpon orang rumah dengan HP, lalu dekatkan HP andakurang lebih 30cmdari mobil, dan minta orang rumah untuk menekan tombol pembuka pada remote cadangan yang ada dirumah (waktu menekan
tombol pembuka remote, minta orang rumah mendekatkan remotenya ke telepon yang dipakainya)
3.Baterai cadangan tersembunyi
Kalau baterai anda hampir habis, padahal anda sedang menunggu telpon penting, dan telpon anda dibuat olehNOKIA, silahkantekan *3370#, maka telpon anda otomatis restart danbaterai akan bertambah 50%.
Baterai cadangan ini akan terisi waktu anda mencharge HP anda.
4.Tips untuk men-cek keabsahan mobil/motor anda ( Jakarta area only)
Ketik :contoh metro b86301o (merah no polisi anda) Kirim ke 1717, nanti akan ada balasan darikepolisian mengenai data2kendaraan anda, tips ini juga berguna untukmengetahui data2 mobil bekasyang hendak anda beli/incar.
5.Jika anda sedang terancam jiwanya karena dirampok/ditodong seseorang
untuk mengeluarkan uang dari atm,maka anda bisa minta pertolongan diam2 dengan memberikan nomor pin secara terbalik,misal no asli pin anda 1254 input 4521 di atm maka mesin akan mengeluarkan uang anda juga tanda bahaya ke kantor polisi tanpa diketahui pencuri tsb. Fasilitas ini tersedia di seluruh atm tapi hanya sedikit orang yang tahu tolong kasih tahu info kepada yang lain.

OTHERS WELDING PROCESS

OTHERS WELDING PROCESS

A. ELECTRO GAS WELDING
Digunakan untuk mengelas material tebal dengan menghasilkan hanya satu pass lasan secara vertical
Proses yang umum digunakan dalam EGW :
1. Berbasis GMAW dengan memasok elektroda secra terus menerus ke dalm joint vertical
2. Berbasis FTAW yang dapat menggabungkan flux dengan tubular electrode FCAW

Shoes / dams : sepatu penahan lelehan logam las yang mencair pada posisi pengelasan vertikal.
Gas pelindung dipasok melalui inlet port pada shoes atau perangkap gas disekitar elektrode atau keduanya.
Digunakan untuk pengelsan Baja karbon, baja untuk struktural, pressure vessel dan perkapalan.
Keunggulan EGW : Relatif murah untuk pelat tebal pada posisi vertikal.
EGW yaitu proses las listrik yang menggunakan busur listrik diantara ujung elektroda yang dipasok secara terus menerus dan kawah las, yang dilaksanakan dengan posisi vertical dengan menggunakan peralatan pelindung metal las yang mencair dan dengan atau tanpa pelindung gas luar erta tanpa penggunaan tekanan yang menghasilkan sambungan lasan dengan satu pass saja.

Kampuh yang umum digunakan : Square butt dan V Groove
Prinsip Kerja :
1. Apakah Elekroda padat (Solid) atau Elektroda berongga (tubular) dipasok secara kontinu ke dalamkawah las yang dibentuk oleh metal yang dilas dan shoes
2. Panas dari busur akan melelehkan elektroda yang dipasok kontinu dan permukaan metal yang di las
3. Elektrode dan metal induk yang mencair terkumpul pada shoes di bawah busur listrik danmembeku membentuk lasan
4. Jenis elektrode yang digunakan dapat berupa kawat padat (SAW & GMAW) atau berongga (FCAW).

B. ELECTRO – SLAG WELDING
Proses pengelasan ini tidak termasuk dalam klasifikasi arc welding.
Perbedaan antar proses ini dengan methode pengelasan sebelumnya adalah ketebalan section yang bisa di join pada single run dengan posisi vertical, tetapi juga dipertimbangkan unutk posisi flat.
Advantages :
1. Very high deposition rates
2. Minimal joint preparation
3. No tendency for angular distortion
Disadvantages :
1. Extensive set – up time
2. Limited to vertical position
3. Can result in low HAZ toughness due to high heat input and slow cooling resulting in a coarse – grained structure
4. Center line cracking during solidificaion

SUBMERGED ARC WELDING (SAW

SUBMERGED ARC WELDING (SAW)

SAW adalah salah satu jenis las listrik dengan proses memadukan material yang dilas dengan cara memanaskan dan mencairkan metal induk dan elektroda oleh busur listrik yang terletak diantara metal induk dan elektroda. Arus dan busur lelehan metal diselimuti (ditimbun) dengan butiran flux di atas daerah yang dilas.
SAW tidak membutuhkan tekanan dan bahan pengisi (filler metal) dipasok secara mekanis terus ke dalam busur lsitrik yang terbentuk diantara ujung filler elektroda dan metal induk yang ditimbun oleh fluks.Elektroda pada proses SAW terbuat dari metal padat (solid)

Perlindungan proses pengelasan ini dilakukan dengan :
1. Timbunan flux yang belum dan sedang mencair
2. Gas yang dihasilkan pada proses pengelasan
3. Terak / slag yang dihasilkan

FLUX sangat menentukan dalam :
1. Penyetabil busur las / welding arc stabilizer
2. Mengontrol properti mekanikal dan kimiawi hasil lasan
3. Mutu akhir lasan

Keunggulan SAW :
1. Dapat dioperasikan dengan arus tinggi hingga 2000 A / Hi current
2. Dapat dioperasikan dengan arus DC atau AC pada waktu bersamaan
3. Dapat dioperasikan menggunakan satu elektroda atau lebih secara bersamaan
Prinsip pengoperasian : Dengan memasukkan ujung dari solid filler metal yang dipasok secara mekanis pada gundukan fluks pada daerah yang akan dilas.
Penambahan flux berlangsung terus menerus di depan dan di sekitar ujung pasokan filler metal.
Panas yang timbul mengembangkan sebagian fluks dan mencairkan ujung elektroda bahan pengisi dan permukaan metal induk berdekatan, hingga menghasilkan welding pool (kawah lasan) yang berada di bawah flux yang mencair. Dalam kawah lasan yang mencair terjadi arus kisar (turbulensi) dan dengan pengaruh gravity, gelembung udara yang terbentuk tergusur ke arah permukaan dan fluks yang mencair mengapung ke atas kawah las yang mencair. Flux yang mencair dan akan membeku secara sempurna melindungi metal las dari udara luar.

5(lima)faktor yang perlu diperhatikan sebelum pengelasan SAW :
1. Komposisi kimia dan properti mekanikal lasan yang diharapkan
2. Ketebalan material yang akan dilas
3. Cara pengelasan
4. Posisi pengelasan yang dibuat
5. Frekuensi atau volume pengelasan yang diinginkan

SAW dapat dioperasikan dengan 3 cara :
1. Semi otomatik (filler dipasok dengan tangan welder)
2. Automatic (filler dipasok oleh mesin)
3. Dengan mesin (welding travel secara manual dan juga digunakan unruk elektroda diameter kecil).
SAW sangat baik dioperasikan secara otomatik dan dengan mesin untuk menghasilkan mutu, deposition rate yang tinggi.

Penggunaan arus bolak-balik (AC) pada elektroda majemuk akan mengurangi efek arc blow yang timbul pada elektroda tunggal. Hal ini disebabkan oleh medan magnet yang timbul pada tiap elektroda akan saling meniadakan satu sama lain sehingga akan mengatur bulir las lebih rapi.

Peralatan SAW :
1. Power supply
2. Electrode delivery system
3. Flux distribution system
4. Travel arrangement
5. Control system
6. Flux recovery (pemulung flux) sebagai pilihan
7. Positioning equipment (Alat pengarah) sebagai pilihan
Kabel pemasok arus harus menggunakan kabel arus tegangan tinggi 100 % duty cycle.
DC Voltage constant (CV) tersedia dalam model transformer rectifier motor generator antara 400 A s/d 1500 A
SAW semi-automatik umumnya menggunakan seumber tenaga listrik antara 300 s/d 600 A untuk penggunaan elektroda siameter 1.6, 2.0, dan 2.4 mm
Sumber tenaga DC di atas 1000 A sangat jarang digunakan karena akan menimbulkan arc blow yang kuat terutama pada penggunaan elektroda tunggal.

DC Voltage konstan (CV) merupakan self controlling, karena dapat dipakai untuk menjalankan pemasok elektroda secara konstan tanpa bantuan pengatur voltage dan amperage untuk mempertahankan kestabilan busur. CV akan menghasilkan kecepatan pasokan elektrode yang konstan.
Power source DC dengan konstan voltage sangat ideal untuk SAW.

DC Current kons1tan (CC) baik digunakan untuk GTAW, SMAW dan carbon arc gouging. CC tidak mempunyai self regulating seperti CV, sehingga penggunaannya akan membutuhkan pengatur Current Sensing Variable Wire Speed Control. Type pengontrol ini akan mengatur kecepatan pasokan elktroda apabila ada perubahan voltage. Voltage perlu dipantau untuk menjaga panjang busur tetap konstan.

Sumber tenaga kombinasi CV dan CC yaitu sumber tenaga yang dapat dirubah dari mode DC voltage konstan menjadi mode DC arus konstan. Kapasitas hingga 1500 A

Penggunaan pengelasan SAW dengan sumber tenaga AC voltage konstan ialah untuk pemakaian :
1. Arus tinggi
2. Elektrode majemuk (Tandem, triple, atau quarter)
3. Pengelasan dengan kampuh sempit (Narrow gap)
4. Untuk menghindari arc blow kalau terjadi

Methode pengendalian proses las SAW ada dua cara :
1. Pengendalian Digital
2. Pengendalian analog
Keuntungan utama dari sistem pengendali digital ialah dengan keakuratan hasil pengendalian.

Kekurangan pengendali digital dibanding pengendali analog :
1. Power source yang ada belum tentu sesuai, perlu modifikasi
2. Perawatan lebih sukar dibanding dengan type analog.
Bahan baku logam yang mampu dilas dengan SAW secara umum ialah semua material yang ada dipasar dewasa ini mulai dari baja karbon sederhana hingga logam nikel dan alloy yang rumit.
SAW tidak dipakai unutk root, FCAW bisa dipakai untuk root dengan:
Deposit rate SAW > FCAW
Slag SAW solid dan keras > FCAW

Fluk dalam SAW dapat berguna untuk 4M :
1. Melindungi metal yang mencair dari udara luar dengan menutupinya dengan slag yang sedang mencair
2. Membersihkan metal yang mencair
3. Memodifikasi komposisi metal lasan
4. Mempengaruhi pembentukan bulir las dan properti mekanikalnya.

Fluks adalah campuran komposisi mineral sesuai dengan formula penggunaanya yang berbentuk granular / butiran.
Berdasarkan metode pembuatan fluks dibedakan menjadi 3 :
1. Type dilebur dan menyatu (fusi) : fused tye
2. Type digabungkan / bonded type or agglomerated
3. Type dicampur secara mekanis / mechanical mixed

Variabel Pengoperasian yang penting pada SAW :
1. Welding amperage
2. Type of flux and particle distribution
3. Welding voltage
4. Welding speed
5. Electrode speed
6. Electrode extension
7. Type of electrode
8. Width and depth of the layer of flux

Advantages of SAW :
1. High deposition rate
2. Deep penetration possible
3. Appealing to welder – less smoke generated need eye protection
4. Low operater skill required
5. High Quality welds
6. Easily automated

Common SAW concern :
1. Weld discontinuties :
a. crack
b. porosity
c. slag
d. undercut
2. SAW welding problem
a. solidification cracking
b. hydrogen cracking
c. incomplete fusion
d. irregular wire feed
e. porosity

Disadvantages SAW :
1. Need to remove slag covering
2. Arc covered during welding – may result in incomplete penetration and / or of fusion due to improper tracking.
3. Posisi terbatas
4. Filler metal tertutup flux
5. Perlu waktu yang cukup untuk fit-up
6. Solidifation crack -> width to depth ratio

Cara mengurangi efek Arc Blow
1. Rubah dari DC ke AC
2. Perpendek Arc length
3. Kurangi welding current
4. Gunakan back step technique
5. Grounding work piece pada kedua sisi

FLUX CORED ARC WELDING (FCAW)

FLUX CORED ARC WELDING (FCAW)

FCAW = Las busur listrik fluk inti tengah / pelindung inti tengah
Merupakan kombinasi antara proses SMAW, GMAW dan SAW Sumber energi pengelasan : menggunakan arus listrik AC atau DC dari pembangkit listrik atau melalui trafo dan atau rectifier. Dalam hal ini dapat menggunakan DCRP atau DCSP.

FCAW adalah salah satu jenis las listrik yang memasok filler elektroda secara mekanis terus ke dalam busur listrik yang terbentuk di antara ujung filler elektroda dan metal induk.
Elektroda pada FCAW terbuat dari metal tipis yang digulung cylindrical , diisi dengan flux sesuai kegunaannya
Pelindung proses pengelasan ini dari kemungkinan kontaminasi dari luar terlaksana dengan :
a. Gas yang dihasilkan pada proses pengelasan
b. Terak / slag yang dihasilkan cukup banyak karena berada pada inti elektroda
c. Tambahan gas pelindung dari luar jika diinginkan
Proses FCAW pada dasarnya = GMAW dan yang menjadi pembeda utamanya adalah elektrodanya yang berbentuk tubular yang berisi fluks.

Berdasarkan metode pelindung, FCAW dibedakan :
1. Self shielding FCAW (Pelindungan sendiri) , yaitu melindungi las yang mencair dengan gas dari hasil penguapan dan reaksi inti fluks
2. Gas shielding FCAW (perlindungan gas) = dual gas, yaitu melindungi las yang mencair selain dengan gas sendiri juga ditambah gas pelindung dari luar sistem.
Kedua jenis pelindung di atas sama2 menghasilkan terak las yang memadai untuk melindungi metal las yang akan beku.
Perbedaannya terletak pada tambahan sistem pemasok gas dan welding torch (welding gun).

Berdasarkan cara pengoperasiannya, FCAW dibedakan menjadi :
1. Semi otomatik / semi automatic
2. Otomatik / machine otomatik

Sifat-sifat utama (Principal features) FCAW dalam proses pengelasan :
1. Produktivitas yang kontinu dari pasokan elektroda las
2. Sifat metalurgy las yang dapat dikontrol dari pemilihan fluks
3. Pembentukan manik las yang cair dapat ditopang oleh slag yang tebal dan kuat

Pelindung gas umumnya menggunakan gas CO2 atau campuran CO2 dengan Argon. Namun dengan keberadaan oksigen kadang akan menimbulkan problem baru yaitu dengan porosity yang dihasilkan reaksi CO2 dan oxygen yang ada di udara sekitar lasan, sehingga perlu memilih fluks yang mengandung zat yang bersifat pengikat oxygen atau deoxydizer.

Alasan self shielding populer digunakan di luar ruangan (FIELD WORK), yaitu :
1. Menggunakan keluaran elektroda (Electrode extension) yang panjang, antara ½ “ s/d 3 ¾ “ (12 s/d 95 mm)
2. Dengan electrode extension yang tinggi akan menghindari hambatan pengaruh pemanasan elektroda (seperti preheat) yang dapat menstabilkan tegangan listrik (V) serta menurunkan arus lsitrik (A).
3. Penetrasi hasil lasan dangkal dan menyempit yang baik untuk proses build up pada gap yang melebar
4. Apabila sistem pengendalian Voltage dan amperage pada power station dapat dipertahankan, maka deposition rate meningkat pesat, sehingga meningkatkan produktivity
5. Penetrasi dapat disesuaikan dan untuk menghasilkan penetrasi dangkal, pemakaian arus dan polarity harus DCRP dan penetrasi dalam dengan DCSP

Penggunaan utama FCAW :
1. Baja karbon / carbon steel
2. Baja karon Alloy rendah / Low alloy carbon steel
3. Baja tahan karat / Stainless steel
4. Besi tuang / Cast Iron
5. Las titik baja tipis / Sheet steel spot welding
6. Pengerasan & pelapisan permukaan / Steel hard facing and cladding

Lay out mesin otomatik FCAW dioperasikan dengan arus DC constant dengan voltage 100% duty cycle.
Umumnya penggunaan side shielding ialah untuk pengelasan yang sempit, penetrasi kampuh yang dalam dan mengurangi spatter dan nozzle dapat dengan pendinginan gas atau air.
Pendinginan air apabila menggunakan arus di atas. 600 A
Penggunaan nozle secara tandem, untuk deposition rate yang tinggi dengan pelindung gas dapat dilakukan.

Gas pelindung pada FCAW adalah CO2., dengan keuntungan :
1. Harga murah
2. Meningkatkan daya penetrasi, walaupun dapat meningkatkan transfer globular mode mechanism
Jika komposisi CO2 pada material rendah maka lasan yang mencair akan mengambilnya dari udara sekitarnya, sehingga hasil lasan baik dan tanpa porosity.
Jika komposisi karbon tinggi akan cenderung menghasilkan lasan yang banyak porosity, sehingga pemilihann fluks yang mempunyai daya antioksidasi (oxidizer) perlu dipertimbangkan, sehingga mutu lasan dapat memenuhi tanpa porosity.

Base metal (metal dasar) yang dilas dengan FCAW ialah secara umum seluruh material yang dapat dilas dengan SMAW, GMAW atau SAW dapat dilakukan dengan baik.

Proses kontrol FCAW mencakup :
1. Weding current
2. Arc voltage
3. Electrode extention
4. Travel speed
5. Shielding gas flow
6. Deposition rate
7. Electrode angle

Arus pada FCAW berpengaruh langsung secara proposional terhadap elctrode :
1. Feed rate
2. Diameter
3. Composition
4. Extension rate
Penggunaan voltage constant pada FCAW ialah untuk mempertahankan pelelehan elektroda pada panjang busur tetap.

Tegangan busur (arc voltage) dan panjang busur mempunyai hubungan erat karena mutu tampilan, kemulusan, dan sifat lasan dengan FCAW akan sangat dipengaruhi oleh kondisi panjang busur dan voltage
Contoh : Jika voltage busur arus terlalu panjang akan berakibat banyak weld spatter dan manik las melebar.

FCAW dengan elektroda tanpa pelindung gas dengan busur voltage tinggi akan mengkonsumsi nitrogen disekitarnya yang dapat berakibat pososity pada pengelsan baja lunak dan akan berakibat retak pada baja tahan karat karena proses akan menngurangi kandungan ferrite pada hasil lasan.

Apabila voltage busur terlalu pendek (rendah) akan berakibat capping yang mengecil dan convex / cembung, menurunnya daya penetrasi dan banyak weld spatter.

Electrode extension perlu diperhatikan karena merupakan hambatan dalam pemanasan elektrode sebelum meleleh.
Kondisi suhu elektrode sebelum meleleh akan berpengaruh terhadap :
1. Penggunaan energy busur (arc energy)
2. Kemampuan beku elektrode (Electrode deposition rate)
3. Daya penetrasi (Penetration ability)
Travel speed berpengaruh pada penetrasi dan bentuk ulir pengelasan.
Penetrasi pada travel speed yang lambat akan lebih dalam daripada travel speed tinggi.
Pengelasan dengan travel speed lambat pada penggunaan arus (A) tinggi akan berakibat panas yang berlebihan (over heating) pada lasan, yang dapat menyebabkan bentuk bulir yang kasar, terperangkapnya slag dan burn through.
Pengelasan dengan travel speed tinggi dengan arus lsitrik (A) tinggi akan menyebabkan bulir las kasar dan undercut

Porosity : cacat yang terjadi karena adanya gas yang terperangkap dalam lasan, biasanya berbentuk butir-butir .

Keakuratan aliran gas pelindung tergantung dari :
1. Bentuk nozle las
2. Jarak ujung nozle dengan benda kerja
3. Media gerak dari gas pada area pengelasan.

Deposition rate : Jumlah berat metal las beku / jadi per satuan waktu
Deposition rate sangat bergantung pada variabel :
1. Diameter elektrode
2. Komposisi elektrode
3. Panjang keluaran elektrode (electrode extension)
4. Arus listrik pengelasan (welding current)

Efisiensi pengelasan ialah perbandingan antara jumlah berat kawat las yang digunakan dengan jumlah berat lasan yang jadi / beku dalam persen

Umunnya deposition rate eficiency FCAW :
1. Pelindung gas : 80 – 90 %
2. tanpa pelindung gas (self shielding) : 78 – 87 %

Mutu lasan FCAW bergantung :
1. Jenis elektrode yang digunakan
2. Metode yang digunakan
3. Kondisi bahan bakar
4. Desain sambungan las
5. Kondisi pengelsan

Keuntungan FCAW :
1. Highest Deposition rate for hand-held welding process
2. Higher tolerance level to contamination than GMAW
3. Self shielding electrode arc suitable for field application
4. Deep penetration arc minimize fusion problem

Keterbatasan FCAW :
1. Slag must be removed after welding
2. Smoky process

GAS TUNGSTEN ARC WELDING (GTAW / TIG)

GAS TUNGSTEN ARC WELDING (GTAW / TIG)

Proses Las GTAW ialah dengan arus dipasok sesaat elektroda wolfram menyentuh benda kerja.
Elektroda merupakan logam wolfram aau tungsten karbida yang tidak merupakan bahan pengisi lasan (Non-Consumable).
Elektroda hanya berfungsi sebagai konduktor listrik untuk membentuk busur listrik.
Bahan pengisi lasan (Filler metal) dipasok dengan tangan welder yang lain atau dipasok secara otomatis yang terpisah dari sistem rangkaian GTAW.
Classification of Electrode :
1. Elektroda tungsten dalam GTAW terbuat dari Tungsten / Wolfram mulia atau alloynya
2. Elektroda pada GTAW digolongkan berdasarkan komposisi kimianya.
Pelindung elektroda yaitu Gas Mulia seperti Argon, Helium yang dipasok ke pegangan elektroda tungsten.
Arus dapat menggunakan AC atau DCRP dan DCSP.
Dalam penggunaan polaritas DCSP : elektron bergerak dari elektroda dan menumbuk logam induk dengan kecepatan tinggi sehingga dapat menghasilkan Penetrasi yang dalam. Karena pada elektroda tidak terjadi tumbukan elektron, yang mengakibatkan panas elektroda tungsten tidak terlalu tinggi yang membuat elektroda awet. Umumnya dipakai untuk pengelasan baja.
Dalam penggunaan polaritas DCRP : Elektron bergerak dari metal induk ke arah elektroda, sehingga selain memanaskan metal induk, panas elektroda tungsten pun meningkat. Dengan pemakaian arus yang tinggi pada polaritas DCRP dapat melelehkan elektroda wolfram / tungsten. Penetrasi menjadi dangkal yang sangat sesuai untuk pengelasan metal yang tipis.
Saat pemanasan juga menghasilkan ionisasi gas pelindung argon yang menghasilkan ion-ion Argon positif yang menumbuk metal induk dan mengakibatkan peristiwa pembersihan (Cleaning Action) pengelasan.
Arus listrik AC : Proses yang terjadi akan sama dengan arus searah dengan polaritas DCSP dan polaritas DCRP yang digunakan secara bergantian. Hasil lasan berda diantara hasil lasan polaritas DCRP dan DCSP. Digunakan pada pengelasan alumunium yang permukaannya selalu ditutupi oksida dan mempunyai titik didih tinggi.

Pada pengelasanGTAW, kadang Udara yang terdapat di daerah root dapat mengganggu lasan, unutk hal ini diperlukan gas pembersih (BACK UP PURPE GAS). Gas Argon dan helium adalah gas yang paling baik untuk back up purpe gas, namun Nitrogen juga digunakan untuk stainless steel, copper, dan copper alloy. Back up purpe air harus dimasukkan dari point yang terendah.

Welding Torch / Cup : Gagang pemegang elektroda pada GTAW yang terbuat dari bahan ceramic.
Panas yang tinggi akibat penggunaan elektrode berdiameter besar untuk pengelasan yang kontinue akan menyebabkan kerusakan welding torch., maka dibutuhkan sirkulasi air (water) selain gas pelindung Argon untuk menghindari over heating.

Collet : Pemegang elektroda tungsten di dalam welding torch. Terbuat dari metal copper alloy, ikatan yang mantap antara collet dengan elektrodda sangat penting agar busur listrik sempurna dan dapat mengurangi overheating pada torch.

Proses pemindahan filler metal pada GTAW ialah dengan :
1. Mencairnya filler rod yang dipasok secara manual oleh tangan welder yang lain secara terus menerus, diantara elektrode tungsten dan material induk yang mencair dibawah busur listrik.
2. Mencairnya filler rod yang dipasok secara automatik oleh mesin filler secara terus menerus, diantara elektrode tungsten dan material induk yang mencair dibawah busur listrik.

4(empat)cara proses membangkitkan busur pada saat awal pengelasan :
1. Scratch or touch stat (Menggoreskan pada benda uji)
2. High frequency start (frekuensi tinggi)
3. Pulse start (penggunaan pulsa ini digunakan dengan arus DC dengan voltage tinggi, yang akan mengionisasi gas pelindung dan menstabilkan busur).
4. Pilot arc start (ini digunakan pada GTAW spot welding)

Proses pemindahan filler metal las GTAW dengan cara otomatis / mekasnis dapat dibagi :
1. Cold Feed wire
2. Hot Feed wire
Deposition rate Hot wire feeding Lebih tinggi dibanding Cold wire feeding karena Hot wire dipasok ke dalam busur listrik diantara elektroda dan metal induk telah dipanaskan lebih dahulu sehingga mendekati titik cair, sedangkan cold wire feeder hampir sama dengan manual, yaitu kondisi dingin.

Teknik Pengelasan GTAW :
1. Manual Welding / Pengelasan manual
2. Machine Welding / Pengelasan dengan mesin
a.Semi automatic welding
b.Automatic welding



GTAW digunakan untuk material :
1. Mild steel
2. High tensile steel
3. Alumunium
4. Magnesium
5. Titanium

Advantages / keunggulan :
1. Prosesnya bersih tanpa slag
2. Dapat mengelas semua jenis metal
3. Dapat mengelas metal tipis
4. Dapat menghasilkan lasan yang mulus tanpa spatter
5. Dapat digunakan dengan atau tanpa bahan pengisi
6. Dapat digunakan dengan biaya relatif lebih murah
7. Dapat mengontrol parameter las dengan akurat

Keterbatasan :
1. Proses las yang relatif lambat
2. Membutuhkan ketrampilan tinggi dari welder
3. Sangat sensitif dengan kontaminasi
4. Dapat mengakibatkan cacat tungsten inclusion karena sentuhan elektroda yang ikut mencair

Suplementary
Sebab-sebab terjadinya cacat tungsten inclusion :
1. Kontak dari electrode tip dengan molten metal
2. Kontak dari filler metal dengan hot tip electrode
3. Arus melebihi dari batas diameter / tipe electrode
4. Set up hot tip electrode kurang baik
5. Grinding hot tip electrode terlalu kasar dan kurang runcing
6. Electrode terlalu panjang

GAS METAL ARC WELDING (GMAW / MIG)

GAS METAL ARC WELDING (GMAW / MIG)

Proses las GMAW ialah dan retak dengan arus dipasok bersamaan dengan kawat pejal pengisi secara otomatis. Kawat elektroda dilindungi dengan gas pelindung dari luar.

Prosesnya : setelah operator pertamakali menset arus, voltage dan kecepatan kawat las sesuai dengan kebutuhan WPS, mesin las akan secara otomatis mengatur busur arusnya. Sehingga operator hanya diperlukan menggerakkan gun tube ke arah pengelasan. Apabila dioperasikan secara otomatis, para welder hanya diperlukan untuk menset awal, mengamati dan mematikan.
Gas pelindung yang umum digunakan ialah Argon, helium atau campuran dari keduanya. Untuk memantapkan busur kadang ditambahkan gas O2 (2 – 5 %) atau CO2 (5 – 20%)
Keunggulan GMAW
1.Konsentrasi busur tinggi, stabil dan percikan api sedikit sehingga mudah pengoperasiannya
2.Penggunaan arus yang tinggi dan kecepatan tinggi sehingga meningkatkan produktivitas
3.Slag terbentuk cukup banyak sehingga dapat melindungi lasan yang masih mencair dan retak
4.Ketangguhan pelindungan udara luar yang tinggi sehingga dapat menghindarkan lasan dari kontaminasi gas luar yang dapat mengakibatkan porosity

Dasar peralatan yang dibutuhkan, terdiri dari :
1.Welding gun and cable assembly / pemegang elektroda dan sambungan kabel
2.Elektroda feet unit / pemasok kawat elektroda
3.Power supply / pemasok arus listrik
4.Source of shielding gas / sumber dan pemasok gas

Kombinasi pemasokan kawat las:
1.Voltage tetap dengan konstan kecepatan kawat las (paling umum dipakai untuk mendapatkan mutu lasan yang diinginkan)
2.Arus tetap namun kawat elektroda dengan konstan Voltage (V) tetap
Dengan memperpanjang keluaran (stick out) kawat elektroda pada moncong welding gun, maka secara otomatis pasokan arus akan menurun sehingga akan mempertahankan panas pengelasan yang stabil.
Alternatif proses pemasok arus pada GMAW kadang diperlukan untuk mengelas alumunium dengan menggunakan arus tetap dan kecepatan elektroda yang konstan.
Panas yang dihasilkan proses pengelasan GMAW cukup tinggi apabila dioperasikan secara kontinu maka peralatan mesin las GMAW ada yang dilengkapi dengan pendingin air (water calcullation)
Pengoperasian GMAW dapat dilakukan dengan manual “semi automatik” dan automatik.

Arching time = 30 % (data worldwide). Jika butuh 8H manhour, maka dibutuhkan 8/30 % = 24 H

Metal Transfer Mechanism :
Pada MIG / GMAW, ada 3 cara :
1. Short Circuit transfer (hubungan singkat)
Terjadi apabila GMAW meggunakan arus rendah sehingga pemindahan metal las terjadi karena hubungan singkat yang busur listriknya tidak stabil.
Pemindahan terjadi saat elektroda mencair, membesar dan menyentuh metal induk (welding doplet > diameter elektroda).
Untuk menstabilkanbusur maka harus dipertahankan arus yang konstan dengan menggunakan pengatur arus “current stabilizator”.
Banyak dipakai untuk posisi pengelasan vertikal, overhead dan pelat tipis.
Diameter elektroda yang digunakan antara 0.8 – 1.2 mm
Gas plindung yang digunakan : CO2 + Ar atau CO2 murni.
Tingkat kesukaran dari proses ini sangat tergantung dari keadaan hubungan singkat yang terjadi “makin tinggi frekuensi hubungan singkat, makin mudah operasinya”.
Frekuensi sangat tergantung pada :
a. Bahan elektroda dan diameter
b. Amperage dan voltage pengelasan
c. Gas pelindung
d. Ketrampilan weldernya

2. Globular Transfer (jatuhan)
Terjadi apabila GMAW memakai pelindung CO2 atau campuran CO2 sebagai komponen gas utama. Karena CO2 adalah oxidizer, maka cara ini banyak digunakan untuk mengelas konstruksi baja dengan demikian harga pengelasan bisa lebih murah karena gas CO2 jauh lebih murah dari argon. Untuk menghindari problem gas CO yang dapat timbul yang dihasilkan oleh pemanasan yang tinggi, yang dapat mengakibatkan porosity pada lasan, maka las harus mempunyai kandungan Si & Mn.
3. Spray Transfer (Semburan)
Terjadi apabila SMAW memakai voltage listrik tetap, arus listrik DC tinggi dengan polarity terbalik (elektroda positif). Metode spray transfer paling umum digunakan disebabkan :
a. Arus tinggi
b. Ujung elektroda selalu runcing
c. Tiupan busur stabil dan tinggi
d. Deposit rate tinggi
e. Efisiensi tinggi
f. Produktivitas juga tinggi untuk downhand dan horisontal
Karena busur mantap pada saat elektroda mencair langsung disemburkan oleh busur listrik dengan butiran yang lebih kecil dari diameter kawat elektrodanya.
Pencampuran gas CO2 dengan argon akan menghasilkan penetrasi disekitar busur mendangkal dan daerah sekitarnya bertambah dalam dibanding dengan pelindung gas Argon saja.

Travel Speed :
Jika travel speed diturunkan, maka filler metal deposition perunit panjang akan meningkat
Jika travel speed dinaikkan, maka energy panas per unit panjang las disalurkan pada metal induk juga meningkat.
Electron extention : yaitu jarak antara ujung dari contact tube dan ujung dari elektroda . Panjang elektroda extension yang sesuai adalah :
1. Short circuit transfer Mode : ¼ s/d ½ inch
2. Other type of metal transfer : ½ s/d 1.0 inch
Backhand Welding with a drag angle : Apabila gerak elektroda berlawanan dengan arah pengelasan
Forehand Welding with a lead angle : Apabila arah elektroda searah dengan arah pengelasan.
Apabila posisi vertical electrode dirubah dengan sudut, maka penetrasi akan menurun dan weld bead melebar dan merata.
Teknik Drag akan menghasilkan lasan lebih cekung, menyempit, busur lebih stabil dan spatter berkurang.

Mutu hasil pengelasan GMAW tergantung pada variabel :
1. Welding current (Electrode feed speed)
2. Polarity
3. Arc voltage (arc length)
4. Travel speed
5. Electrode extension
6. Electrode orientation
7. Weld joint position
8. Electrode diameter
9. Shielding gas composition and flow rate.

MIG SYSTEM and GUNS :
Advantages :
1. Proses relatif bersih – tidak ada slag
2. Wire feed makes process ideal for production
3. Asap yang dihasilkan sedikit
Disadvantages :
1. Wind and excessive draft yang dihasilkan bisa mempengaruhi shielding gas dan menyebabkan posority
2. Equipment complete, mahal
3. Arc instability due to worn wire liners and contact tips
Komponen pengelasan MIG :
1. CV power supply
2. Wire feeder (digital or non digital)
3. Shielding gas supply
4. Mig Gun

MIG WELDING TRANSFER MODES :
When I should use short circuit :
1. use on material 3mm or less
2. use for welding vertical up or vertical down
3. use on gaps and open roots
4. never use on material over 5 mm (except vertical up), poor side wall fusion can occur.
When I Should use spray transfer :
1. Material 3mm or more
2. Flat and horizontal only, except vertical down on material under 5 mm
3. Caution - poor fusion can result
4. Horizontal filler weld greater than 6mm
5. Manual welder using whipping or weaving techniques
6. Limit single pass, horizontal weld to 8 mm


When I should use Globular transfer :
1. Benefical in bridgeing gaps on heavy material
2. Evident when the ball that form on the tip of the wire is larger than the wire
3. This large ball creates poor arc starts
4. Weld spatter is the primary negative affect.
5. AVOID GLOBULAR TRANSFER

MIG WELDING PARAMETER
The 2 primary welding control :
1. Voltage Control
a. Open circuit voltage (OCV), sebelum pengelasan terjadi trigger sudah ditekan dan wire sudah keluar dari tip tapi pengelasan belum terjadi
b. Welding voltage (CCV), sesudah pengelasan terjadi
2. Wire feed speed (amp) control

STEEL METAL ARC WELDING (SMAW / MMAW)

STEEL METAL ARC WELDING (SMAW / MMAW)

Prinsip pengoperasian adalah dengan menggunakan panas yang dihasilkan oleh loncatan busur listrik / arc dari elektroda akan melelehkan benda kerja dan elektrodanya yang keduanya berada dalam suatu sirkuit listrik.
Peralatan yang digunakan dalam SMAW : Penyuplai arus listrik AC atau DC, Mesin las dan kabel, Elektroda
Pengutupan pengelasan dengan SMAW sangat penting karena akan mempengaruhi kedalaman penembusan pengelasan.
Pengutupan pada SMAW dengan arus DC dapat berupa :
1. Elektroda positif (reverse polarity : DCRP)
2. Elektroda negatif (straight polarity : DCSP)
Proses pengelasan terjadi apabila bususr listrik dari elektroda menyentuh benda kerja, sehingga melelehkan elektroda dan benda kerja.
Tegangan listrik (volt) yang dibutuhkan agar pengelasan dengan SMAW berjalan normal, umumnya berkisar antara 16 s/d 40 volt.
Kuat arus listrik (ampere) yang dibutuhkan : antara 20 s/d 550 amp
Panas yang dihasilkan : antara 9000oF atau 5000oF
Proses pengelasan membutuhkan arus yang cukup untuk melelehkan elektroda dan material dasar dan untuk itu perlu mempertahankan jarak antara ujung elektroda dengan permukaan material induk dijaga tetap.
sifat elektroda yang harus dimiliki selain sebagai penghantar dan bahan pengisi :
1. Pelindung / shielding dapat menghasilkan gas sebagai pelindung logam yang mencair dari kotoran atau gas dari luar pengelasan
2. Pemulung gas / Scavenger – sebagai pemulung gas / gas scavenger, pengikat oksigen / deoxidizer yang berfungsi untuk membersihkan logam cair dari percepatan pertumbuhan bulir material.
3. Stabilitas arus listrik
4. Selimut – dapat menyediakan selimut pembungkus las2an yang masih panas agar dapat meningkatkan kekuatan mekanik, bentuk las-lasan dan kebersihan permukaan lasan
5. Daya campuran yang dapat menigkatkan kekuatan mekanik las-lasan.
Keberagaman fungsi pelindung elektrode misalnya sebagian elektroda mengkonversi pelindungnya menjadi :
1. gas dan panas serta hanya sebagian kecil slag pelindung yang terbentuk
2. Slag oleh panas busur listrik, sehingga hanya sedikit gas yang ditimbulkan. Hal ini dapat diverifikasi dengan melihat hasil pengelasan yang mempunyai endapan slag yang tebal dan metal lasan yang tipis.

Elektroda yang menghasilkan slag yang tebal akan :
1. Membutuhkan ampere yang tinggi
2. Meningkatkan mampu endap / deposit rate
3. Sangat ideal untuk plate yang tebal pada posisi flat / datar

Elektroda yang menghasilkan slag yang tipis akan :
1. Membutuhkan ampere yang rendah
2. Menurunkan mampu endap / deposit rate
3. Sangat ideal untuk pengelasan apa saja pada segala posisi / all position

Keunggulan SMAW :
1. Peralatan relatif sederhana / simple , murah dan mudah dialihkan / portable
2. Pembungkus elektroda dapat melindungi las2an dari oksidasi yang berlebihan pada saat proses pengelasan
3. Tidak membutuhkan pelindung gas atau fluks tambahan
4. Prosesnya kurang sensitif terhadap angin dibandingkan dengan proses pengelasan pelindung gas lainnya
5. Dapat digunakan pada daerah yang terbatas
6. Proses sangat sesuai untuk kebanyakan material metal dan alloy (alpaka)

Ketersediaan elektroda SMAW untuk pengelasan :
1. Carbon and alloy steel
2. Stainless steels
3. Irons
4. Copper
5. Nickel & Alloy
6. Some of alumunium

Keterbatasan SMAW :
1. Ketidaksesuaian pengoperasian untuk mengelas metal yang mempunyai titik lebur rendah seperti timah hitam, timah zinc, karena panas yang dihasilkan selalu tinggi
2. Ketidaksesuaian untuk pengoperasian mengelas metal yang sangat reactive seperti titanium, zirconium, tantalum dan colombium karena gas deoxidasi yang tersedia tidak cukup untuk mengantisipasi oxygen yang timbul
3. Mempunyai deposition rate yang relatif rendah dibandingkan GMAW / MIG
4. Operator duty cycle dan deposition rate secara keseluruhan lebih rendah dibandingkan dengan FCAW
5. Slag harus selalu dibersihkan pada setiap start stop
SMAW dapat menggunakan arus bolak balik / alternating current (AC) atau arus searah (DC).

Faktor yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan arus :
1. Penurunan voltage / voltage drop
a. Penurunan voltage pada arus AC < DC
b. Penggunaan kabel panjang untuk arus AC lebih baik dari DC
2. Arus rendah
a. Dengan diameter elektroda kecil dan arus rendah, maka arus DC lebih baik untuk welding
b. Busur listrik / welding arc DC lebih stabil dibanding arus AC
3. Permulaan busur / Arc starting
Sentuhan busur listrik DC lebih mudah dibanding arus AC karena setiap saat arus AC selalu melewati nol pada setiap saat setiap setengah gelombang / half cycle dan ini menyulitkan starting dan stabilitas busur
4. Panjang busur / Arc length
a. pengelasan dengan panjang busur rendah lebih mudah dengan DC dibanding AC
b. Dengan elektroda apa saja dengan arus DC kecuali tersebut di atas, lebih mudah mempertahankan kedalaman penetrasi yang rendah dengan teknik menyeretnya dibandingkan arus AC
5. Tiupan busur / Arc blow
Arus DC selalu mengalami persoalan arc blow / tiupan busur yang disebabkan oleh magnet yang timbul. Hal ini sangat jarang ditemukan pada arus AC yang disebabkan perlawanan magnet yang konstan sebesar 120 kali per detik.
6. Posisi pengelasan / welding position
Arus DC dalam hal tertentu lebih baik dari AC untuk posisi pengelasan vertical dan overhead karena dapat menggunakan arus searah. Namun dengan penggunaan WPS / elektroda yang sesuai , arus AC juga dapat menghasilkan las an yang bermutu.
7. Ketebalan logam induk / metal thickness
a. Baja lembaran atau penampang tebal dapat dilas dengan arus DC
b. Pengelasan dengan busur arus AC untuk baja lembaran kurang diminati dibanding busur arus DC
c. Namun dalam praktek penggunaan di lapangan penggunaan busur AC atau DC sama-sama dapat menghasilkan lasan yang bermutu tergantung WPSnya
d. Penggunaan sumber daya SMAW harus menggunakan type arus konstan / current constant type
e. Konstant voltage / voltage constant sangat menyulitkan welder untuk mempertahankan panjang busur yang diinginkan
Proses SMAW dapat digunakan untuk penyambungan dan pelapisan permukaan (surfacing) bermacam metal dasar.
Elektroda pembungkus SMAW untuk material dibawah ini secara umum mudah di dapatkan :
1. Carbon steel / baja karbon
2. Low alloy steel / baja campur rendah
3. Corrosion resisting steel / baja tahan korosi
4. Cast iron / besi tung
5. Alumunium and alumunium alloy
6. Nickel and nickel alloy

Elektroda tersedia dipasaran untuk pemakaian :
1. Tahan aus / wear resistance
2. Tahan korosi / corrotion resistance
3. Tahan benturan / impact resistence
Elektroda SMAW adalah hygroscopic (langka air) dan sangat rentan terhadap uap air. Penangan low hydrogen electrode setelah dikeluarkan dari pembungkusnya ialah dengan menyimpannya di dalam oven dan dilapangan dengan menggunakan portable oven (quiver).
Peningkatan jumlah hydrogen pada pengelasan akan mengakibatkan retak dingin (cold cracking). Ini harus dihindarkan

Penggunaan SMAW paling luas digunakan dalam pelapisan metal :
1. Cladding (pelapisan)
2. Buttering & Build up (membangun uap / regangan)
3. hard surfacing (pengerasan)

Tujuan / alasan dari pelapisan permukaan :
1. Corrosion resistance (tahan korosi)
2. Metallurgical control (pengendalian sifat metal)
3. Dimensional control (pengendalian ukuran)
4. Wear resistance (tahan keausan)
5. Impact resistance (tahan kejutan)


Sambungan dan persiapan / joint design & preparation.
Design sambungan las dirancang untuk menghasilkan kekuatan pengelasan sama atau lebih besar dari kekuatan material yang disambung pada kondisi pengelasan yang diinginkan.

Sambungan las harus memperhatikan tegangan (service stress) dan temperatur operasinya karena hasil pengelasan dapat meminimalkan tegangan sisa (residual stress) yang dapat mengakibatkan retak dingin dan retak kelelahan .
Sambungan dengan beban dinami dan statik harus dipertimbangkan .
Beban dinamik harus dapat menghindari retak kelelahan dan patah rapuh dalam pengoperasiannya.

Efek dari desain sambungan las :
1. Groove welds (las kampuh)
Pemilihan desain groove dipengaruhi oleh : Suitability, accessibility, cost of welding, welding position.
2. Fillet welding (las fillet) – tidak di bevel
Adalah untuk menggantikan groove weld las-lasan yang tidak mengsyaratkan kekuatan , merupakan cara ekonomis dan umum diterapkan. Fillet weld – tidak atau sangat sedikit penetrasi pada metal dasar namun harus bebas dari ketidak fusian. Fillet weld umum digabungkan dengan groove weld untuk mengurangi konsentrasi tegangan . Untuk mengukur kecekungan minimum dari las fillet dapat diukur dengan welding gage.
3. Welding backing (penyangga lasan)
Pemakaian lasan penyangga dapat membantu pencapaian lasan yang mulus dan penetrasi penuh
4. Backing strip (pita plat penyangga las)
Pelat strip yang relatif sama jenisnya dengan material induknya dan dipasangkan dibelakang sambungan
5. Copper backing bar (batang tembaga penyangga las)
Merupakan logam yang mempunyai sifat penghantar panas yang baik. Copper juga dipakai untuk menghindari menyatunya metal las akar yang cair dengan baking bar apabila persyaratan backing harus dilepas
6. Non metallic backing (penyangga las non logam)
Bentuk backing yang umum digunakan untuk SMAW ialah Grabular flux dan Refractory material yang ditempelkan dibelakang lasan dan setelah selesai baru dilepas.
7. Backing weld (lasan penyangga pengelasan)
Dilaskan pada bagian belakang yang akan disambung dengan jumlah layer dan passnya lebih dari satu pass.
Backing weld harus dilas lebih awal sebelum pengelasan root pass dari sisi muka pengelasan (welding face)
8. Fit up (penyetelan)
Yang diperhatikan pada saat penyetelan groove weld ialah bukaan akar (root opening) dan kelurusan elemen / struktur yang disambung dengan sumbu pengelasan. Kelebaran root opening akan mengakibatkan burn through dan kesulitan pengelasan.
9. Run-on & Run-off Tabs (sambungan ujung sementara)
Untuk menjaga mutu lasan pada tepi dan ujung dari elemen struktur yang akan di las. Materia run-on / run off tabs, joint dan WPS harus sama dengan material induk.
10. Preheating (pemanasan awal)
Pemanasan material sebelum dan pada saat pengelasan dianjurkan untuk mendapatkan material property lasan dan HAZ yang diinginkan sesuai WPS. Pemanasan yang berlebihan akan merusak material lasan dan menabah HAZ. Pre heat terus menerus boleh dilakukan pada thickness material karbon steel yang lebih dari 2 inchi., juga pada pengelasan besi tuang. Preheat menggunakan heating torch (tidak boleh pakai cutting torch). Unuk material yang tebal, saat tack weld harus dilakukan preheat. Untuk mengecek suhu diukur daerah belakang, jangan pada daerah preheat karena daerah belakang belum tentu panasnya sudah sesuai dengan daerah depan.
11. Typical joint geometries (typical untuk sambungan las)
WPS (Welding Procedure Specification), dipengaruhi oleh :
1. Material
2. Elektroda
3. Joint Desain
4. Amoerage
5. Voltage
6. Polarity
7. Posisi pengelasan
8. Kualifikasi welder
9. Travel speed
10. Welding progression
11. Pengujian
12. PWHT (Past Weld Heat treatment) – perlakuan panas setelah pengelasa untuk mengembalikan posis mikro ke posisi semula)
Mutu las-an dipengaruhi oleh :
1. Material yang disambung dan Elektrodanya
2. Kualifikasi juru las / welder
3. Posisi dan desain sambungan
4. Kuat arus, voltage dan polarity
5. Kecepatan pengelasan
6. Arahpengelasan dan teknik pengelasan.
Passes : Root pass (paling bawah) , fill pass, Hot pass, cover pass (paling atas)